Selasa, 11 Januari 2011

SISWA YANG DIREMIDIAL KLS 8 DAN 9

YANG DIREMIDIAL KELAS 8

AGUN SANUSI
ANGGI TRIAWAN
ARI ZULSAFAR
BUDIMAN
DADAN RAMADHAN
DEDEN SOBARNA
EVI CAHYA A
FAISAL MANSYUR
FAJAR FAHRUROZI M
FEBY HARDIANSYAH
HASANUDIN Z
IMANNUDIN
INDRI PUTRI G
IWAN RIDWAN
M JAENI SIDIK
M SOPYAN
M YUSUF
MUH DIKRI M F
NANI LAELATULM K
NOVERI KISWANTO
PRAYUDA
RIFKI LUKMANUL H
RAHMAT HIDAYAT
SITI MASITOH
SUTRISNO

YANG DIREMIDIAL KELAS 9
AGUNG PERMANA
AHMAD SETIAWAN
ANITA WIDYA PUTRI R
ASEP SOPIAN
DEFLY RISANTI
EGA RUSMNA
ERNA SETIAWATI
GINA SITI SOLEHAH
IBRAHIM MAZJID
IMAM MAULANA
LUKMANUL HAKIM
NURHAMZAH
NURHALIMAH
RENI HARNUM
RIKI IRAWAN
RUSDIAN
SITI NOVIANTI
SYARIF HIDAYAT
TIYA FITRIANI
WAWAN PURWANTO
YONO NOVIANTO

FOTO LOMBA MTS MOTOCI DI SMK 11 BANDUNG

FOTO 1



TUGAS REMIDIAL B.SUNDA KLS 8

MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.


Museum Geologi Bandung.
Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai salah satu monumen bersejarah, museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan merupakan peninggalan nasional. Dalam Museum ini, tersimpan dan dikelola materi-materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Pengantar
• 2
o 2.1 Masa Penjajahan Jepang
o 2.2 Masa Kemerdekaan
• 3 Pembagian Lantai dan Ruangan
o 3.1 Lantai I
o 3.2 Lantai II

[sunting] Pengantar
Masa Penjajahan Belanda Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi industri pada pertengahan abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah Nusantara. Melalui hal ini, diharapkan perkembangan industri di Negeri Belanda dapat ditunjang. Maka, pada tahun 1850, dibentuklah Dienst van het Mijnwezen. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumberdaya mineral.
• Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan,sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum.
• Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 Gulden. Pembangunannya dimulai pada pertengahan tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929.
• Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929.
[sunting]
[sunting] Masa Penjajahan Jepang
Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada perang dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda) atas nama Pemerintah Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada tahun 1942. Penyerahan itu dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannya dan diberi nama KOGYO ZIMUSHO. Setahun kemudian, berganti nama menjadi CHISHITSU CHOSACHO.
Selama masa pendudukan Jepang, pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda Indonesia untuk menjadi: PETA (Pembela Tanah Air) dan HEIHO (pasukan pembantu bala tentara Jepang pada Perang Dunia II). Laporan hasil kegiatan di masa itu tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil penyelidikan) yang dibumihanguskan tatkala pasukan Jepang mengalami kekalahan di mana-mana pada awal tahun 1945.
[sunting] Masa Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Pada tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indiƫs Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia. Mereka mendarat di Tanjungpriuk, Jakarta. Di Bandung, mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8, Bandung, pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan kantor PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda mendirikan lagi kantor yang bernama Geologische Dienst ditempat yang sama.
Di mana-mana terjadi pertempuran. Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, yaitu selama 4 tahun berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru kemudian, pada tahun 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.
Dalam usaha penyelamatan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta.
Sekembalinya ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.
Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada dibawah PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI (PDTG), berganti nama menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978 - 2005), Pusat Survei Geologi (sejak akhir tahun 2005 hingga sekarang)

Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20 Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu, Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan penataan yang baru ini peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Sedangkan untuk koleksi dokumentasi, tersedia sarana penyimpan koleksi yang lebih memadai. Diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi akan dapat lebih mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup industri.
Sejak tahun 2002 Museum Geologi yang statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT Museum Geologi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, dibentuklah 2 seksi dan 1 SubBag yaitu Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan SubBag Tatausaha. Guna lebih mengoptimalkan perananya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan antara lain penyuluhan, pameran, seminar serta kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.
Pergeseran fungsi museum, seirama dengan kemajuan teknologi, menjadikan museum geologi sebagai :
• Tempat pendidikan luar sekolah yang berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya.
• Tempat orang melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Dimana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga.
• Objek geowisata yang menarik.
[sunting] Pembagian Lantai dan Ruangan
Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang menempati lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di kedua lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.
[sunting] Lantai I
Terbagi menjadi 3 ruang utama : Ruang orientasi di bagian tengah, Ruang Sayap Barat dan Ruang Sayap Timur. Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian. Sementara, Ruang Sayap Barat, dikenal sebagai Ruang Geologi Indonesia, yang terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi tentang :
• Hipotesis terjadinya bumi di dalam sistem tata surya.
• Tatanan tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia; diujudkan dalam bentuk maket model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi aktif
• Keadaan geologi sumatera,Jawa, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara serta Irian Jaya
• Fosil fosil serta sejarah manusia menurut evolusi Darwin juga terdapat di sini
Selain maket dan panel-panel informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan beragam jenis batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber daya mineral yang ada di setiap daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang memamerkan beragam jenis batuan, mineral dan susunan kristalografi dalam bentuk panel dan peraga asli. Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis peralatan/perlengkapan lapangan, sarana pemetaan dan penelitian serta hasil akhir kegiatan seperti peta (geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, seismotektonik dan segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan informasi geologi Indonesia. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung apian, yang mempertunjukkan keadaan beberapa gunungapi aktif di Indonesia seperti : Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi dan Batu. Selain panel-panel informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket kompleks Gunungapi Bromo-Kelut-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan gunung api tertata dalam lemari kaca.
Ruang Sayap Timur Ruangan yang mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari primitif hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun lalu, dimana makhluk hidup yang paling primitiv pun belum ditemukan. Beberapa milyar tahun sesudahnya, disaat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung perkembangan beberapa jenis tumbuhan bersel-tunggal, yang keberadaan terekam dalam bentuk fosil Reptilia bertulang-belakang berukuran besar yang hidup menguasai Masa Mesozoikum Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu) diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn (Jenis kadal buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m dan berat 8 ton. Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar 3 milyar tahun lalu selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan hominid yang ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau Jawa.
Kumpulan fosil tengkorak manusia-purba yang ditemukan di Indonesia (Homo erectus P. VIII) dan di beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Begitu pula dengan artefak yang dipergunkan, yang mencirikan perkembangan kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang stratigrafi sedimen Kuarter daerah Sangiran (Solo, Jawa Tengah), Trinil dan Mojokerto (Jawa Timur) yang sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan dalam bentuk panel dan maket.
Sejarah pembentukan Danau Bandung yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta artefak diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau tersebut pernah dihuni oleh manusia prasejarah. Informasi lengkap tentang fosil dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi, selain keadaan lingkungan-purba.
[sunting] Lantai II
Terbagi menjadi 3 ruangan utama: ruang barat, ruang tengah dan ruang timur
Ruang barat (dipakai oleh staf museum)
Sementara ruang tengah dan ruang timur di lantai II yang digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi untuk kehidupan manusia.
Ruang Tengah Berisi maket pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengan Irian Jaya. Tambang terbuka Gransberg yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 milyar ton; dengan kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton. Gabungan beberapa tambang terbuka dan tambang bawahtanah aktif di sekitarnya memberikan cadangan bijih sebanyak 2,5 milyar ton. Bekas Tambang Ertsberg (Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg yang ditutup pada tahun 1988 merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan menjadi objek geowisata yang menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian Jaya (Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.
Ruang Timur Terbagi menjadi 7 ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
• Ruang 1 menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral atau batu bagi manusia, serta panel gambar sebaran sumberdaya mineral di Indonesia.
• Ruang 2 menampilkan rekaman kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral
• Ruang 3 berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik secara tradisional maupun modern.
• Ruang 4 menunjukkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditi mineral dan energi
• Ruang 5 memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif) seperti tanah longksor, letusas gunungapi dan sebagainya.
• Ruang 6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan gejala kegunungapian.
• Ruang 7 menjelaskan tentang sumberdaya air dan pemanfaatannya, juga pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumberdaya tersebut.
Artikel bertopik museum ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkanny

TUGAS REMIDIAL B.SUNDA KLS 9

MUSEUM SRIBADUGA

Sambutan Kepala Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga
Drs. Pramaputra, MM

Merupakan suatu kebahagiaan kita bersama ditengah-tengah globalisasi yang penuh tantangan dan kompetisi, kita telah memiliki salah satu prasarana penunjang untuk menyamapaikan berbagai informasi yang akurat, cepat dan berkwalitas. Media ini merupakan salahsatu titian yang dapat mengantarkan menuju sebuah perubahan kea rah peningkatan kualitas informasi.

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Illahi Rabbi, karena pada tahun ini dapat hadir kembali di tengah-tengah masyarakat. Disamping berfungsi sebagai media informasi tentang Museum Sri Baduga secara utuh dan menyeluruh, media ini diharapkan mampu menjadi sarana untuk berinteraksi antara masyarakat dengan museum. Saran masukan serta kritikan dari segenap masyarakat kami nantikan melalui


Kepala Balai Pengelolaan

Museum Negeri Sri Baduga,

Sejarah / Latar Belakang
Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang sebagian besar didiami oleh orang Sunda, oleh karena itu sering disebut Tatar sunda atau Tanah Sunda. Dari perjalanan sejarah dan lingkup geografis Budaya Jawa Barat secara umum berada pada lingkup budaya Sunda, sebagai budaya daerah yang menunjang pembangunan kebudayaan nasional.

Wilayah yang sarat dengan ragam budaya serta didukung oleh kultur alam dan kultur sosial yang kondusif sehingga terlahir ragam budaya. Wilayah yang strategis berakibat pada terjadinya berkembang dan adanya perubahan budaya yang merupakan dampak dari globalisasi yang ditandai dengan adanya revolusi dalam bidang informasi, komunikasi, dan transportasi. Hal tersebut memacu kita untuk mengambil langkah dan strategi secara bijak untuk menempatkan serta memposisikan citra seni budaya daerah untuk tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat.

Tinggalan kebudayaan yang bernilai tinggi banyak tersebar di Kawasan Jawa Barat, baik yang hampir punah maupun yang masih berkembang hingga kini. Perkembangan kebudayaan berlangsung sepanjang masa sesuai dengan pasangsurutnya pola kehidupan. Dengan perkembangan tidak sedikit pengaruh budaya luar yang masuk. Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat pada posisi strategis dari berbagai aspek mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses kepunahan budaya asli Jawa Barat, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mendirikan Museum Negeri Jawa Barat . Pembangunannya dimulai sejak tahun 1974 dengan lokasi menggunakan gedung pemerintah, yaitu bekas Kawedanaan Tegallega. Sebagian dari bangunan asli tersebut tetap dipelihara kelestariannya dan digunakan sebagai kantor administrasi.

Peresmian penggunaan Museum Negeri Jawa Barat baru dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI , Dr. DAUD JOESOEF didampingi oleh Gubernur Kepal;a Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada tanggal 1 April 1990, sepuluh tahun setelah peresmian digunakan nama ?Sri Baduga? Raja yang memerintah di Pajajaran.
Pada era Otonomi Daerah (OTDA) berdasarkan Perda No.5 Tahun 2002 sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) bergabung dengan Dinas Kebudayaan Propisi Jawa Barat dengan nama Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga hingga sekarang.

L o k a s i
Museum Sri Baduga merupakan museum pemerintah Pripinsi Jawa Barat yang berdomisili di Ibukota Propinsinya Bandung. Dari sisi Geografi kota ini terletak diantara 1070 36' Bujur Timur dan 600 55' Lintang Selatan. Selain kota ini menjadi kota yang bersejarah pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia juga memiliki posisi geografis yang sangatlah strategis baik dari sisi, komunikasi, perekonomian dan transportasi berada dalam poros jalan raya nasional dan poros jalan raya wisata.

Kota yang berada pada ketinggian 791 m dpl yang dikelilingi perbukitan dan gunung disekitarnya sangat potensial secara ekosistem dan lingkungan. Ditambah lagi dengan kondisi iklim kota yang lembab dan sejuk dengan temperatur rata rata 23,1o C dan curah hujan rata rata 204,11 mm / tahun memungkinkan orang untuk nyaman beraktifitas dan berekreasi

D e n a h
Lantai 1
Batuan(geologi), Flora, Fauna, Manusia Purba (Homo Erectus) dan Prasejarah (Homo Sapiens), Cekungan Danau Bandung Purba. Religi masyarakat dari masa Prasejarah sampai Hindu-Budha

Lantai 2
Religi masyarakat ( masa Islam, Kong Hu Cu, Teoisme dan Kristen) system pengetahuan, Bahasa, Peralatan Hidup

Lantai 3
Mata pencaharian, Teknologi, Kesenian, Pojok Sejarah Perjuangan Bangsa, Pojok Wawasan Nusantara dan Pojok Bandung Tempo Dulu

F a s i l i t a s
Tempat Parkir
Halaman museum yang dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan daya tampung sampai dengan 20 buah bus

Ruang Perpustakaan
Selai mengunjungi ruang pameran museum pengunjung dapat pula melihat koleksi buku perpustakaan. Perpustakaan dibuka pada hari Senin Sampai dengan jum?at pukul 08.00 - 15.30 WIB

Ruang Auditorium
Digunakan sebagi ruang audio visual, dan pertunjukan berbagai kesenian Jawa Barat baik tradisional maupun yang sedang berkembang sekarang. Selain itu pada ruangan ini digunakan pula sebagai tempat untuk penerimaan rombongan pengunjung yang dating ke museum untuk mendapatkan informasi pendahuluan sebelum masuk ke ruang pameran

Ruang Pameran Khusus
Digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiata pameran khusus yang diselenggarakan oleh museum sendiri maupun untuk disewakan .

Ruang seminar
Digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan kegiatan seminar, saresehan ceramah dan kegiatan rapat yang diselenggarakan oleh museum maupun untuk disewakan.
K o l e k s i
Koleksi yang disajikan pada pameran tetap museum Sri Baduga ditata menyajikan benda benda bukti kebudayaan Jawa Barat. Kondisi geografis dan kekayaan alam berpengaruh pada tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Jawa Barat. Fase-fase perkembangan tersebut dikelompokkan dalam bentuk pameran dalam tiga lantai ruang pameran tetap museum.
Museum Sri Baduga yang memiliki jumlah koleksi sebanyak 6600 koleksi terdiri dari 6346 buah, 220 set, 23 stel dan 11 pasang yang kemudian dikelompokan menjadi 10 klasifikasi.

1. Geologika / Geografika 79 buah 3 set 0 stel 0 pasang
2. Biologika 180 buah 1 set 0 stel 0 pasang
3. Etnografika 2420 buah 179 set 20 stel 9 pasang
4. Arkeologika 953 buah 3 set 0 stel 0 pasang
5. Historika 16 buah 6 set 3 stel 0 pasang
6. Numismatika / Heraldika 1705 buah 0 set 0 stel 0 pasang
7. Filologika 145 buah 0 set 0 stel 0 pasang
8. Keramologika 599 buah 1 set 0 stel 0 pasang
9. Senirupa 134 buah 0 set 0 stel 2 pasang
10. Teknologika 115 buah 27 set 0 stel 0 pasang







PERLIT[01.15]
Ukuran : Batu, ukuran P.13 cm; T.8 cm
Asal : BandungTermasuk batuan ubahan (alterasi) dari gelas gunung api (obsidian) terbentuk oleh lava riolit dengan warna abu-abu kehitaman atau abu-abu kehijau-hijauan. Mempunyai sifat yang khas yaitu dapat mengembang 20-40 kali, kegunaannya untuk bahan tahan getaran atau panas serta dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang tidak menimbulkan beban berat

PETA WILAYAH JAWA MADURA[01.87]
Ukuran : Ukuran P.94 cm, L. 50 cm
Asal : BandungPeta dibuat pada tahun 1885. Menggambarkan Wilayah Keresidenan dan distrik di Pulau Jawa dan Madura pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Nama-nama tempat yang tercantum pada peta tersebut sudah banyak yang berubah diantaranya distrik Batavia menjadi DKI Jakarta, distrik Bagelen menjadi Kebumen, distrik Basoeki menjadi Kabupaten Jember dan distrik Kedu menjadi Kabupaten Magelang

TEODOLIT[01.74]
Ukuran : Ukuran P. 90 Cm, T. Kaki 120 Cm, D. 10 Cm
Asal : Pangalengan, Kab. BandungTeodolit adalah alat ukur sudut yang biasa digunakan oleh Juruh ukur tanah. Terbuat dari besi dan pada kedua ujung pipa ber-diameter 10 cm dengan panjang 90 cm ditutup tabung kuningan berbentuk kotak. Pada sisi belakang batang pipa tertera plat kuningan bertuliskan nomor dan negara pemegang hak paten. Sedang pada sisi depan terdapat dua buah lubang berkaca untuk membidik sudut sasaran. Pada bagian tengah terdapat dua buah gelang kuningan tempat mengikatkan besi hitam sebagai pegangan tangan untuk mengatur posisi teodolit. Pada sisi belakang pipa antara kedua gelang kuningan terdapat tiga buah lubang bertutup kaca, masing-masing ber-fungsi sebagai teropong untuk membidik sasaran, yang layarnya dilengkapi angka-angka dan jarum pengukur sudut.Teodolit ini diletakkan pada dua buah besi bercabang yang terdapat pada permukaan standar besi berkaki tiga. Alat ukur sudut dibuat pada abad ke-19 di negara Jerman.

PETA TOPOGRAFI RESIDEN CIREBON DAN BANYUMAS[01.82]
Ukuran : P. 48 Cm, L. 40,7 Cm
Asal : BandungPeta topografi menggambarkan keadaan wilayah Cirebon dan Banyumas secara rinci dibuat antara tahun 1919 - 1923. Peta ini berkode Blad II A, karena merupakan bagian peta topografi Java yang berjumlah 9 lembar. Peta topografi wilayah Cirebon dan Banyumas ini dicetak di atas kertas jenis HVS. Pada bagian bawah terdapat legenda, tentang batas dan bagian daerah wilayah Cirebon - Banyumas yakni; Residen Afdeling Cirebon, Distrik Kuningan; Kadugede; Ciawigebang; Lurahgung; Residen Priangan; Afdeling Tasikmalaya; Distrik Ranca; Residen Banyumas; Afdeling Cilacap dan Distrik Dayeuh Luhur. Nama kota, tempat dan simbol untuk permukaan tanah (tinggi dan rendah); alur sungai; kampung; kota; jalan raya; kereta; area pertanian (sawah, perkebunan dan ladang dan sebagainya). Keterangan ditulis dalam bahasa Belanda. Pada sisi bawah kiri tertera skala pembagian peta.


TENGKORAK KEPALA KERBAU PURBA[02.1]
Ukuran : Fosil, ukuran P.183 cm; L.36 cm
Asal : JakartaFosil tengkorak kerbau purba (Bubalus Paleo Kerabau) ini terdiri dari tengkorak kepala bagian atas serta kedua tanduk, tulang rahang bawah dengan gigi bawah dan beberapa potongan tulang lainnya. Hewan ini diperkirakan pernah hidup di Pulau Jawa kurang lebih 1,8 juta tahun yang lalu (masa Plestosen akhir).Fosil hewan ini ditemukan di desa Sukadami, Kabupaten Bekasi

TIMBANGAN EMAS[10.34]
Ukuran : Tembaga dan kayu, Ukuran Kotak :P.24;L.12;T.10.5 cm Tmb : P.14.5; T.28;D. 5 cm
Asal : CirebonTimbangan emas ini terdiri dari empat bagian, yakni gantungan, wadah, tiang gantungan, dan batu timbangan. Gantungan terbuat dari besi berbentuk pipih dengan posisi melintang kedua ujungnya diberi cantolan untuk menggantungan wadah timbangan. Sedangkan pada tengah atas terdapat ragam hias menyerupai daun yang diberi jarum penunjuk keseimbangan untuk penyetaraan antara benda yang ditimbang dengan batu timbangan. Tiang gantungan terbuat dari besi terdiri dua bagian yang pipih dan oval. Wadah timbangan berupa piring kuningan diberi 4 rantai gantungan. Kotak kayu berlaci berfungsi sebagai wadah untuk penyimpan peralatan timbangan dan benda perhiasan juga digunakan sebagai dudukan untuk menancapkan tiang gantungan timbangan. Batu timbangan berupa biji-biji tumbuhan kihujan berwarna hitam, dengan perbandingan ukuran, satu gram terdiri dari kurang lebih lima biji. Timbangan emas ini biasanya digunakan untuk menimbang butiran-butiran emas yang dibeli para pendulang emas hingga awal abad 20-an