Rabu, 10 November 2010

TUGAS BUAT SISWA MTS MT KLS IX

BUAT RANGKUMAN DARI BACAAN DIBAWAH
PANDAWA LIMA
Pandawa adalah sebuah kata dari bahasa Sanskerta (Dewanagari: पाण्डव; Pāṇḍava), yang secara harfiah berarti anak Pandu (Sanskerta: पाण्डु, ;Pāṇḍu), yaitu salah satu Raja Hastinapura dalam wiracarita Mahabharata. Dengan demikian, maka Pandawa merupakan putra mahkota kerajaan tersebut. Dalam wiracarita Mahabharata, para Pandawa adalah protagonis sedangkan antagonis adalah para Korawa, yaitu putera Dretarastra, saudara ayah mereka (Pandu). Menurut susastra Hindu (Mahabharata), setiap anggota Pandawa merupakan penjelmaan (penitisan) dari Dewa tertentu, dan setiap anggota Pandawa memiliki nama lain tertentu. Misalkan nama "Werkodara" arti harfiahnya adalah "perut serigala". Kelima Pandawa menikah dengan Dropadi yang diperebutkan dalam sebuah sayembara di Kerajaan Panchala, dan memiliki (masing-masing) seorang putera darinya.
Para Pandawa merupakan tokoh penting dalam bagian penting dalam wiracarita Mahabharata, yaitu pertempuran besar di daratan Kurukshetra antara para Pandawa dengan para Korawa serta sekutu-sekutu mereka. Kisah tersebut menjadi kisah penting dalam wiracarita Mahabharata, selain kisah Pandawa dan Korawa main dadu.
Para Pandawa terdiri dari lima orang pangeran, tiga di antaranya (Yudistira, Bima, dan Arjuna) merupakan putra kandung Kunti, sedangkan yang lainnya (Nakula dan Sadewa) merupakan putra kandung Madri, namun ayah mereka sama, yaitu Pandu.


Wangsa
Yadawa
Dinasti
Kuru
Raja
Madra


Surasena
Byasa
Ambalika
Salya


Kunti
Pandu
Madri

Yudistira
Bima
Arjuna
Nakula
Sadewa


[sunting] Penitisan

Menurut tradisi Hindu, kelima putra Pandu tersebut merupakan penitisan tidak secara langsung dari masing-masing Dewa. Hal tersebut diterangkan sebagai berikut:

Perang di Kurukshetra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Perang di Kurukshetra
Bagian dari wiracarita Mahabharata
Perang di Kurukshetra
Lukisan yang menggambarkan pertempuran antara Arjuna melawan Bisma saat perang di Kurukshetra meletus.
Tanggal tidak pasti, ± tahun 3000 SM - 1000 SM[1]
Lokasi Distrik Kurukshetra, negara bagian Haryana, India Utara.
Hasil dimenangkan pihak Pandawa
Pihak yang terlibat
Lima putra Pandu (Pandawa) dan sekutunya, dipimpin oleh Yudistira Seratus putra Dretarastra (Korawa) dan sekutunya, dipimpin oleh Duryodana
Komandan
Drestadyumna- Bisma-
Drona-
Karna-
Salya-
Aswatama
Kekuatan
7 Aksauhini (7 divisi)
Total ± 1.530.900 tentara
11 Aksauhini (11 divisi)
Total ± 2.405.700 tentara
Jumlah korban
Hampir semua prajurit.
Hanya 7 kesatria yang bertahan hidup: lima Pandawa, Yuyutsu, dan Satyaki
Hampir semua prajurit.
Hanya 3 kesatria yang bertahan hidup: Aswatama, Krepa, dan Kertawarma
Perang di Kurukshetra (Sanskerta: कुरुक्षेत्रयुद्ध, ;Kurukshetrayuddha), yang merupakan bagian penting dari wiracarita Mahabharata, dilatarbelakangi perebutan kekuasaan antara lima putra Pandu (Pandawa) dengan seratus putra Dretarastra (Korawa). Dataran Kurukshetra yang menjadi lokasi pertempuran ini masih bisa dikunjungi dan disaksikan sampai sekarang. Kurukshetra terletak di negara bagian Haryana, India.
Pertempuran tersebut tidak diketahui dengan pasti kapan terjadinya, sehingga kadang-kadang disebut terjadi pada "Era Mitologi". Beberapa peninggalan puing-puing di Kurukshetra (seperti misalnya benteng) diduga sebagai bukti arkeologinya. Menurut kitab Bhagawadgita, perang di Kurukshetra terjadi 3000 tahun sebelum tahun Masehi (5000 tahun yang lalu) dan hal tersebut menjadi referensi yang terkenal.[2]
Meskipun pertempuran tersebut merupakan pertikaian antar dua keluarga dalam satu dinasti, namun juga melibatkan berbagai kerajaan di daratan India pada masa lampau. Pertempuran tersebut terjadi selama 18 hari, dan jutaan tentara dari kedua belah pihak gugur. Perang tersebut mengakibatkan banyaknya wanita yang menjadi janda dan banyak anak-anak yang menjadi anak yatim. Perang ini juga mengakibatkan krisis di daratan India dan merupakan gerbang menuju zaman Kaliyuga, zaman kehancuran menurut kepercayaan Hindu.


Kenalan dengan para Punakawan

Punakawan merupakan sebutan bagi empat orang abdi yang bertugas sebagai penasehat dan pemberi petuah bijak bagi para tokoh Pandawa. Mereka mendampingi para Pandawa dimanapun mereka berada, baik dalam susah maupun senang. Keempat Punakawan ini menggambarkan cipta, rasa, karsa, dan karya.
Semar

Semar memiliki nama lengkap Semar Badranaya. Badra berarti rembulan atau keberuntungan baik. Sedangkan Naya berarti prilaku bijaksana. Semar Badranaya mengandung makna, di dalam sikap bijaksana tersimpan keberuntungan baik bak orang kejatuhan rembulan. Sering dikisahkan tokoh semar menjadi rebutan para raja karena dengan semar dipihaknya mereka selalu memiliki keberuntungan baik.
Semar digambarkan memiliki kekuatan tersembunyi, karena dianggap sebagai titisan dewa, sering menjadi tokoh penengah dan penyelamat. Meskipun hanya rakyat biasa dan seorang pembantu (punakawan), ia adalah pengayom bangsawan, khususnya keluarga Pandawa.
Cepot (Astrajingga)
cepot
Tokoh banyolan yang paling sering ditonjolkan para dalang wayang golek adalah Cepot.
Cepot alias Astrajingga adalah anak tertua dari Semar. Ibunya bernama Sutiragen. Tokoh ini memiliki sifat yang humoris, meskipun demikian lewat humor humornya dia memberikan nasehat petuah dan kritik sehingga ia menjadi pusat lelucon setiap pertunjukkan golek.
Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh Dalang di tengah kisah untuk menyampaikan pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat maupun sindiran yang tentu saja disampaikan secara humor.




Dawala

Dawala merupakan Punakawan yang digambarkan memiliki hidung mancung, muka bersih, sabar, setia, dan penurut. Tetapi kurang cerdas dan kurang begitu trampil.
Biasanya dimunculkan bersamaan dengan Astrajingga alias Cepot dan Semar sebagai teman/partner humor




Gareng

Dalam Wayang golek tokoh Gareng adalah anak terakhir dari Semar. Sama seperti tokoh Astrajingga dan Dawala, tokoh Gareng biasanya dikeluarkan sebagai hiburan antara tokoh wayang dengan audiens.
Dengan adanya tokoh Punakawan, pagelaran cerita wayang menjadi lebih hidup karena ada dialog dan interaksi antara dalang (wayang) dengan audiens.
Tokoh Punakawan seringkali menjadi sentral dalam menyampaikan pesan dan nasehat agar lebih mudah dicerna oleh audiens.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar